Allah tidak menciptakan suatu hal pun melainkan menyertai hikmah di baliknya, termasuk adanya siang dan malam: Allah menjadikan siang untuk mencari penghidupan, dan malam sebagai pakaian untuk manusia tidur dan beristirahat. Dalam surat al-Furqan ayat 47, Allah berfirman,  “Dan Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangkit berusaha.”

Sebagai umat Islam sudah sepatutnya kita meneladani sunah-sunah Rasulullah. Di antaranya adalah anjuran wudhu sebelum tidur. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Sa’ad bin Ubaidah bahwa:

عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ قَالَ حَدَّثَنِي الْبَرَاءُ بْنُ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وَضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ وَقُلْ ؛ اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ، فَإِنْ مُتَّ مُتَّ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَقُولُ” فَقُلْتُ أَسْتَذْكِرُهُنَّ وَبِرَسُولِكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ قَالَ لَا وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ

Artinya:

“Al-Barra’ bin ‘Azib berkata, Rasulullah SAW bersabda kepadaku, “Apabila kamu hendak tidur, maka berwudhulah sebagaimana kamu berwudhu untuk shalat. Setelah itu berbaringlah dengan miring ke kanan, dan ucapkanlah ‘Ya AIlah ya Tuhanku, aku berserah diri kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dalam keadaan harap dan cemas, karena tidak ada tempat berlindung dan tempat yang aman dari azab-Mu kecuali dengan berlindung kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan aku beriman kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus.’ Apabila kamu meninggal (pada malam itu) maka kamu mati dalam keadaan fitrah (suci). Dan jadikan bacaan tersebut sebagai penutup ucapanmu (menjelang tidur).” Maka aku berkata, “Apakah saya menyebutkan, ‘Saya beriman kepada rasul-Mu yang telah Engkau utus?’ Beliau menjawab, ‘Tidak, namun saya beriman kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus.’” (HR: Bukhari)

Hadis ini mengandung beberapa hal yang disunahkan bagi seorang muslim ketika menuju tempat tidurnya. Pertama, disunahkan bagi seorang muslim tidur dalam kondisi berwudu atau suci. Salah satu sebab disunahkan berwudu sebelum tidur adalah bahwa terkadang Allah mewafatkan hambanya kala ia tertidur, maka bila ia tidur dalam kondisi berwudu itu akan menjadi akhir hidup yang baik baginya. Sebab lain ialah agar tidurnya dan mimpinya dijauhkan dari godaan setan.

Kedua, disunahkan pula posisi tidur miring menghadap ke sisi kanan, yang mana hal itu bisa menyebabkan seseorang tidak nyenyak, sehingga orang itu akan mudah bangun untuk kemudian bertahajud dan berzikir mengingat Allah. Kemudian membaca ayat kursi, surat al-ikhlas, dan mu’awwidzatain  lalu diakhiri dengan sunah yang ketiga; yaitu membaca doa yang Rasul sebutkan dalam hadis ini. Dengan mengetahui sabdanya, semoga kita bisa meneladani sunah-sunah Rasul dan juga kita bisa menjaga wudu diwaktu terjaga dan lelap kita.

[Artikel ini bagian dari program One Day One Hadis.  Program ini dirancang Pesantren Ilmu Hadis Darus-Sunnah yang didirikan Almarhum Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Ya’qub, MA. Pesantren Darus-Sunnah saat ini dalam tahap pengembangan dan pembangunan, bagi yang mau berdonasi silahkan klik link ini]