Buku ini merupakan kajian unik yang memberi gambaran perjalanan hidup Sayyidah Aisyah RA secara objektif tanpa ada pengaruh berbagai pemikiran dan campur tangan siapapun. Buku sejarah Aisyah ini ditulis sebagaimana adanya, tanpa hasrat menghakimi ataupun menempatkannya pada madzhab dan aliran tertentu yang melatarinya, melainkan semata-mata membawa pembaca pada realitas kehidupan Aisyah RA yang sesungguhnya.

Telah banyak buku-buku dan catatan-catatan yang bercerita tentang Aisyah RA dari berbagai sudut kehidupannya, baik yang ditulis oleh sejarawan dahulu maupun sejarawan kontemporer. Namun, ada pula buku yang ditulis dengan bahasa yang menawan mengenai romantika kehidupan Aisyah RA dan seringkali yang didapat oleh pembaca hanya peristiwa yang berkaitan dengan sosok Sayyidah Aisyah RA sebagai istri Nabi SAW.

Buku Sayyidah Aisyah: Kisah Hidup Ibunda Orang Beriman dan Ulama Wanita Pertama yang memiliki judul asli Aisyah Ummul Mukminin ini dibuka dengan paparan singkat mengenai jamaknya buku-buku yang membahas Aisyah RA dari sisi politik, fikih, dan pengetahuan.

Ada juga yang ditulis secara menyeluruh mengenai kehidupan Aisyah RA, meliputi berbagai aspek dan saling melengkapi-menyempurnakan. Al-Buthi, sebagai penulis buku tersebut, cermat menggali data dan sungguh-sungguh menelaah hampir semua karya yang membahas Aisyah RA, seperti al-Ijabah fi ma Istadrakathu Aisyah ‘ala al-Shahabah (cet. II, 1980), karya al-Zarkasyi sosok ulama yang prolifik dan as-Sayyidah Aisyah (cet. V, 1994), karya Abdul Hamid Mahmud Thahmaz, seorang mufassir kenamaan dari Suriah.

Infromasi-informasi yang tertuang dari lektur-lektur sejarah itu digunakan Al-Buthi untuk mendedah realitas kehidupan Aisyah RA, sepak terjang, dan dinamika sosial-politiknya kala itu, terutama peristiwa al-ifki serta perang Jamal yang terjadi antara dirinya dengan Ali bin Abi Thalib RA akibat fitnah pendusta.

Dari berbagai peristiwa penting yang berkaitan dengan kehidupan Aisyah RA, seperti pernikahan dengan Rasulullah SAW, peran ilmiah Aisyah RA yang juga sebagai penyambung lidah kaum perempuan dengan Rasulullah SAW, hingga kontroversi tentang ‘pembangkangan’ Aisyah RA, dikupas dalam buku ini dengan gamblang dan tidak memihak siapapun.

Pertama-tama buku ini membahas tentang Aisyah RA dari kelahiran, nasab hingga masa kecilnya. Aisyah lahir dan membuka matanya pertama kali dalam liputan cahaya Islam. Karena waktu itu Islam telah menyebar dan dianut oleh beberapa orang Mekkah, termasuk ayahnya, Abu Bakar dan sang Ibu, Ummu Ruman. Aisyah juga menikmati masa kanak-kanaknya dengan ceria dan bahagia, berlarian kesana-kemari penuh keriangan hingga ia menjadi pengantin dan hidup bersama Rasulullah SAW. Topik-topik kontroversi yang muncul antara kritikus dan penulis kontemporer menjadi pokok kajian yang didedah dalam buku ini.

Sejarah Islam mencatat bahwa Aisyah menikah dengan Rasulullah SAW, yang saat itu berumur 53 tahun, dalam usia yang sangat belia, belum genap 9 tahun. Bahkan sebagian pendapat mengatakan 7 tahun. Dari situlah muncul kritik dari para orientalis-pada akhirnya menyerang Nabi Muhammad SAW. Mereka mencerca Islam dengan berbagai pertanyaan: Bagaimana bisa Muhammad yang telah berusia tua menikahi seorang anak perempuan yang sedang menjalani masa kanak-kanaknya? Lebih jauh lagi, para orientalis bahkan mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang pedofil.

Di buku ini, Al-Buthi menjawab tuduhan di atas dengan logika serta argumen-argumen yang dibangun berdasarkan realitas yang ada, sekaligus memberikan pijakan yang benar dalam menggunakan rasio. Ada lima jawaban beserta argumen penopangnya yang diberikan Al-Buthi atas tuduhan di atas, dua di antaranya akan saya sebutkan.

Pertama, tidak ada sumber rujukannya sama sekali. Untuk melemparkan tuduhan itu, mereka menggunakan ‘hadis’ yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW mimpi bertemu dengan Aisyah sejak ia masih berumur empat atau lima tahun, artinya sebelum Khadijah wafat, sebab Khadijah wafat 3 tahun sebelum hijrah sementara Aisyah lahir 7 tahun sebelum hijrah (Ali Jumah, 2011).

Bisa dibilang mereka hanya menisbahkan hadis tersebut sebagai riwayat Bukhari. Namun jika tidak, maka ungkapan itu hanyalah permainan kata-kata atas hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam Shahih mereka yang meriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah saw. bersabda kepadanya, “Sungguh aku diperlihatkan kepadaku dalam mimpi pada tiga malam berturut-turut…” dan seterusnya. Itu hanyalah tafsiran bebas atas hadis Bukhari dan Muslim tersebut. Selain itu, hadis tersebut tidak dapat dipahami kecuali oleh orang yang memahami makna wahyu kenabian (hlm 36).

Kedua, Nabi Muhamad SAW tidak pernah memilih Aisyah di antara banyaknya perempuan Mekah. Bahkan mengenal Aisyah pun, tidak. Bermula pasca wafat Khadijah, datanglah Khaulah bin Hakim menemui Rasulullah SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa Tuan tidak menikah lagi?” Rasulullah menjawab, “Dengan siapa?” Khaulah berkata, “Jika mau, Tuan bisa menikahi perawan atau janda.” Rasulullah menjawab, “Siapa yang perawan dan siapa yang janda?…” dan seterusnya. Dari riwayat tersebut, sangatlah jelas Khaulah lah yang memilihkan kedua wanita itu, baru kemudian Rasulullah menyetujuinya. Jadi dari mana dasarnya orang yang menuduh Rasulullah adalah pengidap pedofilia?

Kita tahu, bahwa dalam surat al-Nur ayat 11-21 turun berkenaan dengan Aisyah RA Dibawa oleh Ruhul Amin dari langit ketujuh turun ke bumi untuk membersihkan Aisyah dari tuduhan keji. Adalah hadits al-ifk (kabar dusta) yang membuat Madinah kala itu gempar akan perselingkuhan Aisyah RA dengan Shafwan ibn al-Mu’aththal al-Sulami, seorang penyapu jalan yang dilalui para musafir. Dalam buku inilah Al-Buthi membuka tabir-tabir buram sehingga tersingkaplah hikmah-hikmah dalam peristiwa tersebut.

Buku sejarah Aisyah ini mengisi kesenjangan dalam belantika sejarah Islam mengenai kehidupan Aisyah RA dan mengungkapkan sisi-sisi penting kehidupan Aisyah RA secara komperehensif. Terlebih pada kesempatan taklim kitab Fiqh al-Sirah al-Nabawiyyah, Al-Buthi bercerita bahwa suatu malam putrinya yang tinggal di Riyadh bermimpi ada seseorang mengetuk pintunya, lantas ia membuka pintu itu, ternyata ada seorang perempuan berkata, “Aku adalah Aisyah, aku datang untuk menyampaikan terima kasihku kepada ayahmu.” (AN)

Judul Buku: Sayyidah Aisyah: Kisah Hidup Ibunda Orang Beriman dan Ulama Wanita Pertama

Penulis: Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthi

Penerbit: Qalam

Cetakan: 2, 2020

Tebal: 227 halaman

ISBN: 978-602-53236-5-2