Pertanyaan:

Saya sering mendengar bahwa bulan Syawal adalah bulan peningkatan. Artinya, kita tidak boleh kendor dalam beramal shalih setelah Ramadhan, bahkan seharusnya bertambah semangatnya. Apakah pernyataan tersebut benar?

Jawaban:

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, ash-shalatu wassalamu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in, amma ba’du.

Para ahli bahasa mengatakan bahwa ada tiga pendapat tentang asal usul penamaan bulan Syawal:

Pendapat pertama, Syawal berasal dari kata شَالَ –  يَشُولُ yang artinya: mengangkat. Karena di bulan ini biasanya unta betina mengangkat ekornya sebagai tanda keengganan untuk digauli oleh unta jantan. Sehingga di bulan ini para peternak unta dahulu sulit untuk melakukan perkawinan pada untanya.

Pendapat yang kedua, Syawal dari kata تشويل yang artinya: berkurang. Karena biasanya unta berkurang dan sedikit susunya di bulan ini, karena memang biasanya di bulan ini merupakan puncak dari musim panas. Sehingga para peternak unta dahulu juga mengalami masa sulit karena berkurang produksi susu unta di bulan ini.

Karena dua makna di atas, orang Arab Jahiliyah punya anggapan sial jika menikah di bulan Syawal. Sehingga Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sengaja menikahi Aisyah radhiyallahu’anha di bulan Syawal untuk membantah keyakinan tersebut. Aisyah radhiyallahu’anha berkata:

تَزَوَّجَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى شَوَّالٍ وَبَنَى بِى فِى شَوَّالٍ فَأَىُّ نِسَاءِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّى

“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menikahiku di bulan Syawal dan mulai tinggal bersamaku di bulan Syawal. Lalu istri Nabi yang mana yang lebih beruntung melainkan aku?” (HR. Muslim no. 3548).

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menikahi ‘Aisyah untuk membantah keyakinan yang salah sebagian masyarakat yaitu tidak suka menikah di antara dua ‘ied (di antaranya Syawal), mereka khawatir akan terjadi perceraian jika menikah di bulan tersebut. Keyakinan ini tidaklah benar.” (Al-Bidayah wan Nihayah, 3/253).

Pendapat ketiga, Syawal dari kata شَوَّلَ yang artinya: pergi melakukan perjalanan. Karena di bulan ini konon banyak begal yang melakukan perjalanan untuk merampas harta suatu kaum, dalam rangka menumpuk harta. Dikarenakan adanya larangan berperang di bulan-bulan haram (yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram). 

Adapun Syawal dimaknai sebagai bulan peningkatan, ini tidak kami ketahui dasarnya. Sehingga nampaknya kurang tepat jika dikatakan bulan Syawal sebagai bulan peningkatan. Karena tidak diketahui dasarnya dan juga tidak didukung oleh dalil-dalil syar’i. 

Namun benar bahwa di bulan Syawal hendaknya kita berusaha istiqomah dan tidak kendor dalam beramal shalih. Itulah salah satu hikmah dianjurkannya puasa 6 hari di bulan Syawal. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر

Barangsiapa yang puasa Ramadhan lalu mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia mendapat pahala puasa setahun penuh” (HR. Muslim no. 1164).

Wallahu a’lam, semoga Allah ta’ala memberi taufik.

Walhamdulillahi rabbil ‘alamin, wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.

Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom. 

***

URUNAN MEMBUAT VIDEO DAKWAH YUFID.TV

Yufid.TV membuka kesempatan untukmu, berupa amal jariyah menyebarkan ilmu yang bermanfaat. Kami namakan “Gerakan Urunan Membuat Video Yufid.TV”. Anda dapat menyumbang dalam jumlah berapa pun untuk membuat video Yufid.TV, Yufid Kids, dan Yufid EDU. Anda boleh sumbangan Rp 5.000,- atau kurang itu. Semoga ini menjadi tabungan amal jariyahmu, menjadi peninggalan yang pahalanya tetap mengalir kepadamu di dunia dan ketika kamu sudah di alam kubur.

Anda dapat kirimkan sumbangan urunanmu ke:

BANK SYARIAH INDONESIA 
7086882242
a.n. YAYASAN YUFID NETWORK
Kode BSI: 451 (tidak perlu konfirmasi, karena rekening di atas khusus untuk donasi)

PayPal: [email protected]

Mari kita renungkan Surat Yasin Ayat ke-12 ini:

إِنَّا نَحْنُ نُحْىِ ٱلْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا۟ وَءَاثَٰرَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَىْءٍ أَحْصَيْنَٰهُ فِىٓ إِمَامٍ مُّبِينٍ

Artinya: 

“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan KAMI MENULISKAN APA YANG TELAH MEREKA KERJAKAN DAN BEKAS-BEKAS YANG MEREKA TINGGALKAN. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin: 12)

Apa bekas-bekas kebaikan yang akan kita tinggalkan sehingga itu akan dicatat sebagai kebaikan oleh Allah?

🔍 Hukum Talak 3 Dalam Keadaan Marah, Tayamum Di Bus, Sifat Pemarah Dalam Islam, Doa Akad Nikah, Adn Adalah

QRIS donasi Yufid