Kisah kesetiaan anjing bahkan diabadikan oleh ulama Ibnu al-Jauzi dalam kitabnya. Oleh sebagian ulama dihukumi najis, bukan berarti anjing tidak memiliki kegunaan sama sekali.

Dikisahkan oleh Ibnu al-Jauzi dalam kitabnya ‘Uyun al-Hikayat min Qashash ash-Shalihin wa Nawadir az-Zahidin, diriwayatkan dari Abu Ubaidah bahwasanya suatu hari ada seorang penduduk Basrah yang pergi ke sebuah gurun untuk menunggu kedatangan rombongan untanya. Saat pergi ke gurun tersebut, anjing yang dipeliharanya mengikutinya. Namun, karena tidak suka anjing peliharaannya itu mengikutinya, lantas dia memukulnya dan mengusirnya. Dengan maksud supaya tidak mengikutinya.

Walaupun dipukul dan diusir supaya tidak mengikuti, anjing tersebut tetap bersikeras mengikuti majikannya dan tidak mau pulang. Sang majikan pun merasa jengkel dengan tingkah laku anjingnya tersebut. Akhirnya, ia pun melempari anjingnya tersebut dengan batu, sampai anjing tersebut berdarah. Walaupun dilempari batu sampai berdarah, anjing tersebut tetap tidak mau pergi dan terus mengikutinya.

Ketika sampai di tempat tujuan, orang tersebut tiba-tiba diserang oleh sekelompok orang yang dulunya mempunyai masalah dengan dirinya. Mereka mempunyai dendam dengan dirinya. Walaupun dalam perjalanannya, ia ditemani oleh tetangga dan saudaranya. Namun, ketika diserang mereka berdua melarikan diri dan meninggalkannya sendirian.

Karena diserang dan dikeroyok oleh banyak orang, ia pun tidak bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya pun penuh dengan luka akibat serangan yang dilakukan oleh sekelompok orang, yang mempunyai dendam dengan orang Basrah tersebut.

Setelah diserang dan penuh dengan luka. Orang tersebut lalu di lempar ke dalam sebuah sumur, dan ditimbun dengan tanah. Anjing peliharaannya yang mengikutinya pun melihat hal tersebut. Si anjing pun terus menggonggongi sekelompok orang yang menyiksa majikannya itu. Melihat anjing yang terus menggonggong, mereka melempari anjing tersebut terus menerus supaya pergi.

Setelah sang anjing berhenti menggonggong, dan yakin bahwa orang yang dianiaya sudah meninggal. Mereka pun memutuskan diri untuk pergi meninggalkan tempat itu secepat-cepatnya. Anjing yang melihat mereka telah pergi, langsung lari menuju ke sumur yang digunakan untuk memendam majikannya.

Sesampainya di sumur, si anjing terus menggalinya dengan menggunakan kakinya hingga kepala majikannya terlihat. Wajah majikannya pun terlihat, namun dalam keadaan terengah-engah dan hampir meninggal karena kehabisan nafas.

Tidak lama kemudian, ada sejumlah orang yang melintas di sekitaran sumur tersebut. Mereka yang melihat ada seekor anjing yang sedang menggaruk-garuk tanah, akhirnya pun curiga dan mengira bahwa seekor anjing itu sedang menggali dan merusak sebuah makam.

Mereka kemudian bergegas mendekat, dan kaget ketika mendapati seorang pria yang tertimbun tanah dalam kondisi hampir meninggal. Akhirnya mereka dengan cepat menolong dan mengeluarkannya, lalu membawanya pulang ke rumahnya.

Selepas kejadian tersebut. Sumur atau daerah tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Bi’rul Kalb (Sumur Anjing). Sebutan tersebut merupakan penghargaan atas kisah seekor anjing tersebut yang menyelamatkan manusia.

Sebagaimana manusia, anjing adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Dan setiap yang diciptakan oleh Allah SWT pasti mempunyai kegunaan dan hikmah, terlepas dari sisi negatif dan positif yang ada di setiap makhluk ciptaan-Nya.

Walaupun dalam mazhab Imam Syafii anjing dihukumi najis mugholadzah. Namun, anjing mempunyai sifat-sifat positif sebagaimana yang dijelaskan juga oleh Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitabnya Kasyifatus Saja.  Di mana salah satu sifat kesalihan anjing adalah walaupun dipukul dan diusir, dia tidak akan marah dan dendam kepada majikannya. Di mana hal ini adalah bentuk dari sikap kesetiakawanan, di saat senang maupun susah.

Sebagaimana kisah kesetiaan anjing tersebut. Si anjing tersebut diusir dan dipukul dengan batu sampai berdarah supaya pergi. Namun, ia tetap mengawasi majikannya bahkan menolong majikannya ketika mendapat kesusahan. Sekalipun sebagian ulama menghukumi najis, tapi tetap ada hikmah yang bisa kita ambil.