Semasa hidupnya, Rasulullah SAW dikaruniai beberapa putra dan putri. Dari pernikahannya dengan Sayyidah Khadijah Ra, istri pertamanya, Rasulullah Saw memiliki enam orang anak, dua laki-laki dan empat perempuan. Sedangkan dari sariyyatnya, Mariyah al-Qibthiyah RA, Nabi Muhammad SAW dikaruniai seorang putra.

Berikut ini beberapa putra-putri Rasulullah SAW

  1. Qasim
  2. Zainab
  3. Ruqayyah
  4. Ummu Kultsum
  5. Fatimah
  6. Abdullah
  7. Ibrahim

Qasim

Keluarga kecil Rasulullah Saw dan Sayyidah Khadijah RA semakin sempurna tatkala Qasim lahir ke dunia. Qasim merupakan putra pertama dari pasangan dua insan mulia ini. Karena kebahagiaan yang mendalam akan kelahiran Qasim, orang-orang sering kali memanggil Nabi Muhammad SAW dengan panggilan Abu Qasim (ayahnya Qasim).

Qasim dilahirkan sebelum bi’tsah, pada tahun keempat pernikahan Nabi SAW dan Sayyidah Khadijah RA. Namun sayang, Allah SWT mencabut nyawa Qasim saat ia masih amat belia.

Terdapat banyak pendapat mengenai kapan Qasim wafat. Berdasarkan riwayat Muhammad bin Jubair bin Mut’im, putra sulung Nabi SAW ini wafat saat masih berusia dua tahun. Sedangkan menurut Mujahid, Qasim hanya hidup selama tujuh hari.

Riwayat lainnya menyebutkan, Qasim sudah bisa berjalan saat ia wafat. Bahkan ada pula yang menyatakan Qasim sudah mencapai usia cukup hingga mampu menaiki hewan tunggangan.

Wafatnya Qasim menyisakan kesedihan yang mendalam bagi Rasulullah SAW dan Sayyidah Khadijah RA. Dalam sebuah riwayat disebutkan, tatkala sang putra wafat, Sayyidah Khadijah Ra berkata “Wahai Rasulullah SAW, ASI untuk Qasim sungguh melimpah, andai saja Allah SWT memanjangkan umurnya hingga sempurna penyusuannya.”

“Kelak, ia akan menyempurnakan susuannya di surga,” jawab Rasulullah SAW menenangkan istrinya.

Berdasarkan riwayat ini, diduga Qasim wafat setelah Nabi Muhammad SAW sudah diangkat menjadi nabi. Namun kualitas hadis ini dinilai lemah.

Zainab

Zainab merupakan anak kedua Rasulullah Saw dan Sayyidah Khadijah RA. Ia dilahirkan saat Nabi Muhammad Saw menginjak usia 30 tahun, setahun setelah kelahiran kakaknya, Qasim.

Zainab tumbuh dengan baik di keluarga yang baik pula. Saat usianya cukup matang, sang bibi, Halah binti Khuwailid meminangkan Zainab untuk putranya yang bernama Abu al-Ash bin ar-Rabi. Zainab menerima pinangan itu dan keduanya kemudian menjalani bahtera rumah tangga.

Pernikahan Zainab dan Abu al-Ash terjadi sebelum Nabi Muhammad SAW menerima wahyu. Setelah Islam datang, Zainab mengimani apa yang didakwahkan sang ayah. Ia juga turut berhijrah ke Madinah.

Namun sayang, suaminya, Abu al-Ash tetap teguh pada agamanya yang terdahulu, hingga keduanya terpaksa berpisah. Tanpa disangka, cahaya hidayah mulai masuk ke kalbu Abu al-Ash, ia memeluk Islam pada tahun ke-4 H. Cinta keduanya pun dipersatukan kembali.

Dari pernikahan tersebut, Zainab dan Abu al-Ash dikaruniai dua orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan. Ali, putra laki-laki mereka wafat di usia remaja. Sedangkan putri mereka, Umamah hidup hingga Rasulullah SAW wafat. Umamah bahkan dinikahi oleh Ali bin Abi Thalib selepas kematian bibinya, Fatimah binti Rasulullah SAW.

Zainab wafat di masa Nabi SAW, tepatnya pada awal tahun ke 8 H. Rasulullah SAW amat bersedih atas kepergian putrinya ini.

Ruqayyah

Ruqayyah merupakan anak ketiga Rasulullah SAW. Sayyidah Khadijah RA mengandungnya tiga tahun setelah kelahiran Zainab dan setelah putra pertamanya, Qasim menutup usia.

Tatkala Ruqayyah telah cukup usia, Abu Lahab meminangkannya untuk putranya, Utbah bin Abu Lahab. Namun setelah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, Ruqayyah dan Utbah pun berpisah, ketika itu putri Rasulullah Saw ini belum digauli. Akhirnya, Ruqayyah pun dinikahi oleh Utsman bin Affan.

Ruqayyah merupakan perempuan shalihah yang taat. Ketika situasi di Makkah semakin memburuk, Utsman dan Ruqayyah lah yang paling dahulu berhijrah menuju Habasyah. Sedangkan sang ayah, ibundanya, dan adik-adiknya tetap menunggu di Makkah, menanti kabar keadaan Habasyah.

Di Habasyah, Ruqayyah melahirkan Abdullah, buah cintanya dengan Utsman. Karena itulah Ruqayyah sering dipanggil Ummu Abdillah.

Di akhir hayatnya, Ruqayyah sempat terserang penyakit demam hebat. Saat itu umat muslim tengah berangkat ke medan perang Badar. Bahkan Utsman bin Affan pun tidak ikut berperang lantaran menjaga sang istri.

Rupanya, Allah Swt sudah rindu dengan Ruqayyah. Putri Rasulullah SAW ini akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Ketika itu Ustman bin Affan, Usamah bin Zaid dan umat Muslim yang ada di Madinah sedang menguburkan Ruqayyah. Dari kejauhan sayup-sayup terdengar suara takbir menggema. Ternyata itu suara Zaid bin Haritsah. Dari atas unta Rasulullah SAW, ia mengabarkan bahwa umat muslim berhasil mengalahkan pasukan kafir Quraisy. Demikianlah, kabar bahagia dan kesedihan bercampur aduk menjadi satu kala itu.

Ummu Kultsum

Putri Nabi SAW dan Sayyidah Khadijah RA yang lain adalah Ummu Kultsum. Terdapat perbedaan pendapat mengenai usianya, apakah ia dilahirkan sebelum Fatimah atau sesudahnya. Namun qaul yang lebih shahih menyebutkan ia lebih tua dari Fatimah.

Sebagaimana Ruqayyah, Ummu Kultsum juga pernah dinikahkan dengan putra Abu Lahab. Ruqayyah dinikahi oleh Utbah, sedangkan Ummu Kultsum dinikahi Utaibah. Karena Utaibah enggan memeluk Islam, maka keduanya pun berpisah. Meskipun demikian, Ummu Kultsum belum sempat digauli dan masih perawan.

Setelah Ruqayyah wafat, Ummu Kultsum kemudian dinikahkan dengan Utsman bin Affan atas perintah dari Allah Swt. Kala itu Rasulullah SAW menghampiri Ustman di pintu masjid seraya berkata:

“Wahai Utsman, Jibril mengabarkanku bahwa Allah SWT telah menikahkanmu dengan Ummu Kultsum dengan mahar seperti mahar Ruqayyah.”

Pernikahan itu terjadi pada bulan Rabiul Awwal 3 H. Namun Ustman baru menggauli Ummu Kultsum pada bulan Jumadil Akhir. Karena menikahi dua putri Rasulullah SAW, Utsman bin Affan kemudian dijuluki Dzu Nur’ain (pemilik dua cahaya).

Ummu Kultsum tetap setia mendampingi Ustman hingga akhir hayatnya. Putri Rasulullah SAW ini menutup usia pada bulan Sya’ban 9 H.

Fatimah

Fatimah merupakan putri terakhir Rasulullah Saw dan Khadijah RA. Terdapat beberapa pendapat mengenai tahun kelahirannya. Pandangan pertama menyatakan Fatimah dilahirkan beberapa waktu sebelum bi’tsah, saat Nabi SAW berusia 35 tahun. Sedang yang lainnya menyebutkan ia lahir saat Rasulullah Saw berusia 41 tahun.

Semua putra putri Nabi Muhammad Saw wafat di masa beliau hidup, kecuali Fatimah. Fatimah lah keluarga Nabi yang paling lama mendampingi dakwah ayahnya. Ia juga yang membela ayahnya dari serangan kaum kafir yang membenci Nabi SAW. Karena perhatian dan pengorbanannya yang begitu besar, putri kecil ini bahkan dijuluki Ummu abiha (sang ibu dari ayahnya).

Fatimah dinikahi oleh sepupunya, Ali bin Abi Thalib pada bulan Rajab di tahun pertama mereka tiba di Madinah. Namun Fatimah baru digauli pada bulan Dzulqa’dah 2 H, setelah Ali pulang dari Badar. Saat itu, Fatimah berusia 18 tahun.

Ali dan Fatimah dikaruniai empat orang anak, Hasan, Husein, Zainab dan Ummu Kultsum. Dari keduanya, garis keturunan Rasulullah SAW masih berlanjut hingga saat ini.

Perempuan yang diberi gelar Az-Zahra ini wafat beberapa bulan setelah Rasulullah Saw menutup usia.

Abdullah

Beberapa waktu setelah Rasulullah SAW menerima wahyu melalui Malaikat Jibril AS. Sayyidah Khadijah Ra melahirkan seorang anak laki-laki. Keduanya amat bahagia. Bagaimana tidak, mereka sudah lama mendamba-dambakan kehadiran seorang putra, dan kini, harapan itu pun terwujud.

Nabi Muhammad SAW menamai bayi itu Abdullah. Putra bungsunya ini juga dijuluki at-Thayyib (yang baik) dan at-Thahir (yang suci). Tak banyak catatan mengenai Abdullah. Sebab ia pun wafat saat masih bayi.

Ibrahim

Selain dikaruniai keturunan dari pernikahannya dengan Khadijah RA, Nabi Muhammad SAW juga memiliki seorang putra dari sariyatnya, Mariyah al-Qibthiyah.

Mariyah al-Qibthiyah melahirkan buah cintanya dengan Rasulullah Saw pada bulan Dzulhijjah 8 H. Beliau menamai putranya Ibrahim.

Kelahiran Ibrahim benar-benar menjadi kabar gembira bagi Nabi Muhammad SAW. Bagaimana tidak, ketika itu beliau sudah berkepala enam, bukan usia yang terbilang produktif lagi untuk mempunyai anak. Terlebih Nabi SAW juga tidak dianugerahi anak dari istri-istri yang lain sepeninggalan Khadijah RA.

Kebahagiaan juga menyelimuti segenap umat Muslim. Mereka berbondong-bondong mengirimkan hadiah untuk Nabi Muhammad Saw dan Mariyah RA. Bahkan Jibril As pun memanggil beliau Abu Ibrahim.

Saat Ibrahim menginjak usia tujuh hari, Rasulullah Saw dengan penuh kasih sayang mengakikahkannya. Beliau menyembelih dua ekor domba besar, menggunting rambut Ibrahim dan bersedekah seberat rambut yang dipotong itu.

Allah SWT lagi-lagi menguji utusan-Nya ini. Barulah menginjak usia 19 bulan, Ibrahim jatuh sakit hingga kemudian meninggal dunia pada tahun ke-10 H. Rasulullah SAW memandangi putra terakhirnya ini sambal berlinang air mata karena rasa cintanya yang begitu besar.

Itulah putra putri Rasulullah SAW, baik dari Sayyidah Khadijah RA maupun Sayyidah Mariyah al-Qibthiyah RA. (AN)

Wallahu a’lam bis shawab

Referensi: al-Ishābah fit Tamyīz as-Shahābah, Nisā Haular Rasūl, Innī Ruziqtu Hubbaha. Khadijah in Love Life of Drama.