Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ {45} الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Rabb-nya, dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya. [al Baqarah/2 : 45-46].

Ibnu Katsir rahimahullah , dalam Tafsir al Qur`ani al ‘Azhim (1/89) menerangkan ayat di atas dengan bertutur : “Allah memerintahkan hambaNya untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai pijakan bantuan dalam meraih apa yang mereka harapkan dari kebaikan dunia dan akhirat”.

Dari sahabat Hudzaifah Radhiyallahu anhu, ia berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى

Bila kedatangan masalah, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengerjakan shalat. [1]

Itulah shalat yang sebenarnya, yang berperan sebagai piranti bagi seorang muslim dalam meminta perlindungan dan mengadu kepada Allah Ta’ala dari berbagai macam kesulitan dan kesedihan, permasalahan dan kepenatan. Dia tidak akan merasa sendirian, tetapi mendapatkan dukungan dari Allah, Pemilik langit dan bumi.

Maka, tidak disangsikan lagi potensi yang tersimpan pada shalat. Sebab kondisi seorang hamba sangat dekat dengan Allah dalam shalat. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

Seorang hamba akan menjadi paling dekat dengan Rabb-nya saat ia sedang sujud. Maka, perbanyaklah doa (di dalamnya). [HR Muslim no. 482, dari Abu Hurairah]

Oleh karena itu, semestinya seorang muslim memperbanyak doa saat bersujud, bertadharru’ (tunduk) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , supaya Dia menyingkirkan berbagai permasalahan dan kesulitan, serta memberi kita anugerah kebaikan dunia dan akhirat.Baca Juga   Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Selalu Menjaga Lisannya

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan faidah shalat: “Shalat termasuk faktor dominan dalam mendatangkan maslahat dunia dan akhirat, dan menyingkirkan keburukan dunia dan akhirat. Ia menghalangi dari dosa, menolak penyakit hati, mengusir keluhan fisik, menerangi kalbu, mencerahkan wajah, menyegarkan anggota tubuh dan jiwa, memelihara kenikmatan, menepis siksa, menurunkan rahmat dan menyibak tabir permasalahan’.[2]

Shalat itu sendiri akan mendatangkan ketenangan dan ketentraman jiwa. Dan seorang muslim, ia akan menggapai ketenangan jika dekat dengan Allah Ta’ala. Disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

قُلْ إِنَّ اللهَ يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ أَنَابَ {27} الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Katakanlah: “Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepadaNya. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”. [ar Ra’du/13 : 27-28].

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata berkata kepada Bilal :

يَا بِلَالُ, أَقِمِ الصَّلَاةَ ! أَرِحْنـــَا بِهَا

“Wahai, Bilal. Kumandangkan iqamah shalat. Buatlah kami tenang dengannya”. [Hadits hasan, Shahihu al Jami’ : 7892] 

Wahai orang yang mencari ketenanganan ketenteraman, dan kesejukan mata, tujulah shalat dengan penuh khusyu dan rasa hina di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala , sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, agar engkau dapat merengkuh keinginanmu. Kalau tidak, maka janganlah mencela kecuali kepada dirimu sendiri.

(Diangkat dari ash Shalatu wa Atsaruha fi Zayadati al Iman wa Tahdzibi an Nafs, karya Husain al ‘Awaysyah, Dar Ibni Hazm, Beirut, Cet. III, Th. 1418 H).

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun X/1427H/2006M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016] 
_______ 
Footnote 
[1]. Hadits hasan riwayat Ahmad dalam Musnad (5/388) dan Abu Dawud (2/35). Lihat Shahih Sunan Abi Dawud (1/245). 
[2]. Zadu al Ma’ad (4/120).Baca Juga   Nikmat Yang Lebih Baik Menurut Rasûlullâh Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Daripada Nikmat Harta

sumber: https://almanhaj.or.id/3782-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam-menjadikan-shalat-untuk-mengadu-kepada-allah.html