Selain makhluk yang berpikir, manusia juga makhluk yang tertawa. Binatang lainnya tidak bisa tertawa. Hanya manusia yang bisa. Karena tertawa ciri khas manusia, maka tertawa tidak dilarang dalam Islam. Mana mungkin Islam melarang sesuatu yang sudah menjadi bawaan dan tabiat manusia sejak lahir. Tertawa itu sudah otomatis. Tidak ada yang bisa mengatur kapan harus tertawa dan kapan tidak tertawa. Melihat sesuatu yang lucu, manusia langsung tertawa secara alamiah.

Dalam al-Qur’an, kata Prof. Quraish Shihab, disebutkan bahwa Allah yang menjadikan manusia tertawa dan menangis. Allah memberi manusia potensi untuk tertawa dan menangis. Manusia juga tidak bisa menentukan kapan harus tertawa dan kapan harus menangis. Bahkan bisa jadi tertawa dan menangis dalam waktu yang sama.

“Kalau bisa kita ajak orang untuk gembira, karena tertawa itu manifestasi dari gembira….Kita ingin menjadikan manusia ini selalu dalam suasana gembira. Nah, di sini peranan kisah-kisah, humor, dan sebagainya, termasuk pelawak”, Tegas Prof. Quraish Shihab.

Sebagian orang mengharamkan humor, komedi, atau hiburan secara umum, karena dianggap melalaikan ibadah. Hal ini sebagaimana yang diresahkan Pandji Pragiwaksono, apalagi profesinya sebagai seorang komedian. Menanggapi hal itu, Prof. Quraish Shihab menjelaskan ibadah itu ada batas minimalnya. Selama batas minimal ibadah terpenuhi, menikmati hiburan dibolehkan. Tapi kalau batas minimal tidak terpenuhi, jangankan humor dan komedi, belajar pun dilarang.

Dalam melakukan kegiatan apapun, belajar, bekerja, dan hiburan, jangan sampai melupakan ibadah. Khususnya ibadah wajib: seperti shalat lima waktu, puasa Ramadhan, dan lain-lain. Selama ibadah bisa dilakukan, berkesenian dibolehkan dalam Islam, selama materi dan cara penyajiannya tidak bertentangan dengan Islam, termasuk dalam hal ini komedi dan humor.

Dahulu ada seorang sahabat datang pada Nabi, “Waduh saya sudah binasa” kata sahabat tersebut. Rasulullah bertanya apa yang membuatmu binasa? “Kemaren saya tertawa terbahak-bahak” Jelas Sahabat. Rasulullah mengingat hidup ini sekali begini dan begitu. Kita perlu menyegarkan jiwa kita. “Tawa itu menyegarkan jiwa selama kewajiban terlaksana dengan baik” Tambah Prof. Quraish Shihab.