زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran [3]: 14)

Pada ayat sebelumnya dijelaskan akibat yang akan diperoleh ketika seseorang terbujuk/tertipu (ghurur) oleh dunia dan anak. Sedangkan ayat ini menjelaskan tentang ragam dari pembujuk itu serta penyebabnya.

Tujuan ayat ini adalah untuk mengingatkan manusia agar tidak menuruti syahwat dan melupakan perbuatan yang akan menghantarkan kepada kebahagiaan akhirat. FYI, syahwat, menurut M. Quraish Shihab, adalah kecenderungan hati yang sulit terbendung terhadap suatu yang bersifat material.

Dalam ayat di atas, sebagaimana bisa terbaca lewat terjemahannya, disebutkan “Dijadikan indah”. Kalimat ini adalah kalimat pasif (mabni majhul), yang tidak disebutkan siapa subyeknya.

Prof. Dr. Wahbah al-Zuhaili, dalam tafsir al-Munir, menyebutkan dua pendapat tentang siapa subyek dalam ayat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa yang menjadikan indah adalah Allah. Ini karena kecintaan terhadap dunia adalah fitrah pemberian dariNya. Tujuan dari Allah adalah untuk menguji manusia. Sedang pendapat kedua, yang menjadikan indah adalah syetan. Tujuan setan adalah untuk menyesatkan manusia.

Namun, lanjut al-Zuhaili, tujuan dari ayat ini bukan untuk melarang manusia untuk mencintai syahwat-syahwat yang perinciannya akan disebutkan di bawah. Mencintainya tetap diperbolehkan jika tidak berlebihan. Tanda seseorang telah berlebihan dalam mencintainya adalah ia terlalu sibuk dengannya dan meninggalkan agama.

Pada ayat di atas, disebutkan bahwa ada enam ragam atau bentuk kecintaan manusia terhadap syahwat, yakni sebagai berikut:

#1 Wanita

Wanita menempati urutan pertama karena kecintaan dunia adalah kenikmatan yang tertinggi dan paling sempurna. Namun, menurut M. Quraish Shihab, ayat ini juga menandakan bahwa yang dimaksud wanita adalah juga pria. Maksudnya adalah pria mencintai wanita dan wanita mencintai pria.

#2 Anak Laki-laki

Masih menurut M. Quraish Shihab, meski ayat ini secara jelas menegaskan bahwa yang dijadikan indah bagi manusia adalah kecintaan terhadap syahwat yang berupa anak laki-laki, namun bukan berarti anak perempuan tidak termasuk. Anak, apapun jenis kelaminnya, adalah salah satu hal yang dimaksud ayat ini.

(Pada poin sebelumnya, memang tidak sebutkan secara terang kata pria (yang disebut hanya wanita), namun disebutkannya anak laki-laki pada poin ini mewakili hal itu. Juga, tidak disebutakannya anak perempuan pada ayat ini telah terwakili oleh kata “wanita” pada poin sebelumnya).

#3 Harta yang banyak dari jenis emas dan perak

Syaikh Nawawi Banten dalam Marah Labid menjelaskan bahwa kedua hal ini (emas dan perak) dicintai karena mencangkup harga semua hal. Oleh karenanya, lanjut Nawawi, pemilik keduanya adalah pemilik segala hal. Siapa yang memiliki keduanya berarti memiliki semua hal. Menurut penulis, yang perlu digarisbawahi jika dipahami dalam kontek sekarang, adalah bisa berarti lebih luas dan umum. Semua harta masuk pada kategori ini. Tidak hanya emas dan perak.

#4 Kuda pilihan

Kuda-kuda pilihan akan mendukung bisnis dan perniagaan pemiliknya. Juga, mereka yang memiliki kuda-kuda pilihan akan bersaing dan membanggakan diri “melawan” kawan-kawannya. Begitu penjelasan dalam tafsir al-Maraghi. Dari sini, menurut penulis, jika dikaitkan pada konteks kekinian, agaknya kendaraan-kendaraan mewah atau armada bisnis juga termasuk di dalamnya.

#5 Binatang-binatang ternak

Yang dimaksud binatang-binatang ternak di sini adalah onta, sapi, dan domba yang digunakan untuk menghasilkan harta yang bisa berkembang. Begitu penjelasan dari al-Qasimi dalam Mahasin al-Takwil. Dari sini. penulis memahami bahwa apapun yang berpotensi menghasilkan harta yang berkembang masuk dalam kategori ini.

#6 Sawah ladang

Sawah ladang ditempatkan di akhir adalah karena untuk menghasilkan suatu tanah agar bisa disebut sawah ladang tidak bisa instan. Harus melewati proses yang tidak sedikit dan sebentar. Untuk menghasilkan sawah ladang yang siap ditanami harus dibajak terlebih dahulu, ditanami benih, dan kemudian diairi. Begitu kurang lebih penjelasan M. Quraish Shihab.

Terlepas dari itu semua, pada akhir ayat ini, Allah mengingatkan kita dengan kalimat, “…dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” yang menurut al-Baidlawi maksudnya adalah anjuran untuk mendapatkan kenikmatan yang hakiki dan abadi dengan syahwat-syahwat yang fana sebagaimana dirinci di atas.

Walhasil, apapun yang dimiliki seseorang sejatinya adalah bentuk ujian dari Allah. Dia ingin menguji seberapa besar cinta manusia terhadap syahwat-syahwat yang telah dijelaskan sebelumnya. Mereka yang lulus ujian dan berhak mendapat surga adalah adalah yang tidak terbujuk olehnya, yang meskipun memilikinya tak lupa agama. Semoga kita salah satunya. Amin