Adh-Dhahak bin Alwan adalah seorang raja. Suatu hari, ia kedatangan tamu seorang iblis yang berubah wujud dalam bentuk manusia. Al-Dhahak tak mengetahui tentang hal ini. Ia menganggap bahwa tamunya adalah manusia biasa, sebagainya lazimnya.

Di hadapan adh-Dhahak, iblis itu mengaku sebagai orang yang pandai memasak dan baik hati. Ia juga menawarkan jasa kepada adh-Dhahak agar diangkat menjadi juru masak (koki) kerajaan. Permintaan itu pun disetujui raja.

Raja dan orang-orang di kawasan itu tidak pernah memakan daging. Namun disinilah trik iblis dijalankan. Ia memiliki cita-cita agar sang raja terbiasa memakan daging manusia. Ia mengawali tipu dayanya itu dengan memasak telor pada hari pertama  bertugas.

Ternyata, Raja sangat menikmati hidangan yang dimasak iblis itu. Melihat masakannya diterima raja, iblis mengiming-imingi raja agar berkenan memakan daging ayam, “Andai saja engkau bersedia memakan apa yang keluar dari telor ini, pasti akan terasa sangat enak dan lezat!”.

Raja setuju. Menu pada hari kedua berganti menjadi daging ayam. Padahal sebagaimana disebutkan di muka, raja dan orang-orang tak pernah memakan daging. Hari ketiga, menu berubah menjadi daging kambing. Hari pun berganti. Menu juga berganti menjadi daging unta dan sapi. Begitu seterusnya.

Sejak saat itu, raja terbiasa memakan daging. Kejadian ini berlangsung beberapa waktu. Hingga suatu ketika, iIblis  meminta suatu hal kepada raja. Ia berkata, “Wahai raja, engkau telah menghormatiku. Maka kali ini, izinkan aku mencium bahumu!”

Raja mengizinkan. Iblis segera mencium bahu raja. Setelah dicium itu, keanehan terjadi. Dari bahu raja tiba-tiba muncul dua ular dan tidak pernah pergi. Dua ular itu tetap tinggal di bahu itu selamanya. Sejak saat itu, sang raja mengetahui bahwa koki andalannya itu adalah iblis.

“Engkau telah membuat gara-gara. Apa obatnya?,” tanya raja.

“Otak manusia,” jawab iblis singkat.

Setelah menjelaskan itu, iblis kemudian pergi entah kemana dan tak pernah muncul lagi. Saban hari, sejak kejadian itu, raja memerintahkan salah seorang menterinya untuk mencarikan tumbal yakni empat manusia. Setelah dibunuh, otak empat orang ini diambil dan dijadikan makanan ular yang ada dibahu raja.

Tragedi ini berlangsung cukup lama: tiga ratus tahun. Hingga, sang menteri yang biasa membantu raja pun meninggal dunia dan digantikan menteri yang lain.

Menteri baru ini cerdik. Ketika ia disuruh raja untuk mencari empat manusia, ia memang selalu melaksanakannya. Namun, tidak semua ia bunuh. Menteri ini hanya membunuh dua dan sisanya dibebaskan. Dua orang yang bebas itu disuruh pergi ke sebuah gunung agar menetap di sana. Sebagai gantinya, sang menteri mencari dua kambing gibas untuk diambil otaknya. Yang dihidangkan kepada ular di bahu raja pun akhirnya tetap empat otak.

Begitulah yang dikerjakan sang menteri itu setiap hari hingga tujuh ratus tahun lamanya. Sehingga, orang yang diperintahkan menetap di gunung pun juga lambat laun semakin banyak. Mereka akhirnya berkembang biak. Di kemudian hari, mereka dikenal sebagai suku kurdi.

Baca Juga, Setan dan Iblis itu Berbeda, Ini Penjelasan Prof. Quraish Shihab

Kisah ini ditulis oleh al-Qalyubi dalam kitabnya yang berjudul al-Nawadir. Lewat kisah ini kita mengerti betapa liciknya iblis dalam menggoda manusia. Ia memiliki seribu satu cara untuk menjerumuskan dan mengajak manusia agar mengikuti ajakannya. Yang harus selalu diwaspadai adalah godaan Iblis selalu dimulai dari hal-hal yang awalnya kita anggap ringan. Semoga Allah menghindarkan kita dari tipu daya iblis. Amin.

 

Sumber:

al-Qalyubi, Ahmad Shihabuddin bin Salamah. al-Nawadir. Jeddah: al-Haramain, n.d.